Pages

Thursday, October 31, 2013

Float like a butterfly and Sting like a bee (Melayang seperti Kupu Kupu Menyengat seperti Lebah)

Melayang seperti kupu kupu dan menyengat seperti lebah, itulah Muhammad Ali, petinju dengan mulut besar, kecepatan tangannya dan kelincahan kakinya sebanding dengan kecepatan dia berbicara dan kelincahan dia memainkan kata-kata.

Tidak banyak petinju yang menjadi bintang di dalam  ring tetapi juga menjadi bintang di dalam ring


Inilah biografi singkat dari petinju yang  dijuluki The Greatesr, melayang seperti Kupu Kupu  menyengat seperti lebah .

Muhammad Ali lahir di Louisville, Kentucky. Nama aslinya Cassius Marcellus Clay, Jr. Dia mulai bertinju pada umur 12, dan pada usia 18 Clay telah membukukan rekor 108 kali menang dan 8 kali kalah dalam pertandingan tinju amatir. Puncak karier di dunia tinju amatir diukirnya saat ia meraih medali emas tinju kelas berat Olimpiade Roma, Italia pada 1960.
Pulang dari olimpiade, Clay segera terjun ke dunia tinju profesional. Dia meraih kemenangan-kemenangan pada awal kariernya dan mendapat julukan Louisville Lip and Mighty Mouth. Pada tahun 1964 Clay telah mencatat kemenangan 19 kali dan menantang juara dunia Sonny liston. Clay merupakan penantang serius dan sesumbar akan memukul KO Liston di ronde kedelapan. Pertandingan ternyata berjalan lebih cepat karena Liston tidak mampu beranjak dari sudutnya pada awal ronde ketujuh. Teknik “menari” dan jab-jab Clay menguras banyak tenaga Liston. Clay menjadi juara tinju kelas berat dan sejak saat itu menyebutnya The Greatest.
Cassius Clay memeluk agama Islam dan bergabung dengan Nation of Islam pada 1964. Ia mengganti nama menjadi Muhammad Ali, nama yang kemudian lebih dikenal oleh dunia. Pertandingan revans dengan Liston berlangsung setahun berikutnya dan kembali dimenangkan Ali dengan dramatis. Ia juga sempat mengalahkan mantan juara Floyd Patterson serta lima kali mempertahankan gelar hingga 1967.
Ali mendapat banyak kecaman ketika menolak ikut wajib hadir militer dalam perang Vietnam. Dia menjadi salah satu tokoh antiperang dan anti-wajib-militer yang paling terkenal di Amerika, namun popularitas Ali sebagai petinju merosot karena pembangkangan itu. Dia bahkan dikenai larangan bertanding di AS dan pada awal 1967 meletakkan juara dunia kelas berat.
Pada akhir tahun 1970, Ali kembali ke atas ring untuk menghadapi juara dunia yang kini dipegang oleh Joe Frazier. Come-back ali mendapat promosi luas. Ia dianggap sebagai lawan berat bagi Fraizier. Namun Ali kalah dalam 15 ronde pertandingan yang disebut ” Pertarungan Abad Ini “. Ali kembali berhadapan dengan Joe Frazier pada Januari 1974 di Madison Square Garden, New York. Frazier saat itu telah kehilangan gelar juara dunia setelah dikalahkan oleh George Foreman pada 1973. Ali berhasil mengalahkan Frazier dengan angka mutlak dan berhak menghadapi Foreman.
Pertarungan Ali dan Foreman yang disebut ” Gemuruh di Rimba Raya ” ( Rumble in the Jungle ) itu berlangsung di Kinasha, Zaire ( kini kongo ). Sedianya pertandingan akan berlangsung awal September 1974 tetapi ditunda karena foreman terluka serius pada mata kirinya saat latihan. Ali mengisi waktu dengan berlatih di Kinasha, menikmati sorotan media, bergaul dengan orang-orang setempat, sembari menantang dan mengejek Foreman dalam konferensi pers dan pertemuan-pertemuan. Walaupun Ali demikian percaya diri, banyak yang menduga dia akan kalah melawan Foreman yang berusia lebih muda.
Menjelang pertandingan Ali sesumbar bahwa dia akan mengalahkan Foreman dengan gerakan kaki yang lincahdan kecepatan menari disekeliling Foreman. Namun para pengamat terkejut dengan strategi Ali ketika pertandingan itu dimulai. Penampilannya diatas ring benar-benar berbeda. Sepanjang ronde-ronde awal, Ali bersandar di ring dan membuka diri terhadap pukulan-pukulan Foreman. Pada saat Foreman mengalami kelelahan, Ali menyerang balik dengan pukulan-pukulan keras yang tepat sasaran. Foreman dipukul KO pada ronde kedelapan. Ali meraih juara dunia untuk kedua kalinya.
Setelah mempertahankan gelar tiga kali, Ali menyatakan siap kembali bertanding dengan Frazier di Manila, Filipina. Pertandingan pertama dan kedua telah berlangsung sukses dan pertandingan ketiga sangat dinanti-nanti. Dihadapan 28.000 penggemar tinju dan 700juta penonton TV, Ali mengalahkan Frazier dalam pertandingan 15 ronde yang brutal dan dijuluki ” Sensasi di Manila ” (Thriller in Manila ) , karena pertarungan ini menyangkut dua petarung hebat dalam dunia olahraga.
Ali mempertahankan gelarnya enam kali antara 1976 dan 1978. Ia kehilangan gelar pada 1978 setelah dikalahkan oleh Leon Spinks di Las Vegas, Nevada. Namun pada tahun itu juga, Ali mengalahkan Spinks dalam 15 ronde pertarungan ulang. Ali pensiun pada 1979 tetapi mencoba come-back lagi pada 1980 untuk menantang Larry Holmes. Ia kalah dari Holmes dan masih satu kali lagi bertarung ( dan kalah ) dari Trevor Berbick pada 1981.
Ali tetap diingat sebagai salah satu atlet paling terkenal didunia. Rekor tinju profesionalnya 56 kali menang ( 37 dengan KO ) dan 5 kali kalah. Setelah pensiun Ali membaktikan dirinya untuk kegiatan amal dan kemanusiaan serta berdakwah di seluruh dunia.

sumber – buku : 100 tokoh abad ke – 20 paling berpengaruh

0 comments:

Post a Comment