Melayang seperti kupu kupu dan menyengat seperti lebah, itulah Muhammad Ali, petinju dengan mulut besar, kecepatan tangannya dan kelincahan kakinya sebanding dengan kecepatan dia berbicara dan kelincahan dia memainkan kata-kata.
Tidak banyak petinju yang menjadi bintang di dalam ring tetapi juga menjadi bintang di dalam ring
Inilah biografi singkat dari petinju yang dijuluki The Greatesr, melayang seperti Kupu Kupu menyengat seperti lebah .
Muhammad Ali lahir di Louisville, Kentucky. Nama aslinya Cassius
Marcellus Clay, Jr. Dia mulai bertinju pada umur 12, dan pada usia 18
Clay telah membukukan rekor 108 kali menang dan 8 kali kalah dalam
pertandingan tinju amatir. Puncak karier di dunia tinju amatir diukirnya
saat ia meraih medali emas tinju kelas berat Olimpiade Roma, Italia
pada 1960.
Pulang dari olimpiade, Clay segera terjun ke dunia tinju profesional.
Dia meraih kemenangan-kemenangan pada awal kariernya dan mendapat
julukan Louisville Lip and Mighty Mouth. Pada tahun 1964 Clay telah
mencatat kemenangan 19 kali dan menantang juara dunia Sonny liston. Clay
merupakan penantang serius dan sesumbar akan memukul KO Liston di ronde
kedelapan. Pertandingan ternyata berjalan lebih cepat karena Liston
tidak mampu beranjak dari sudutnya pada awal ronde ketujuh. Teknik
“menari” dan jab-jab Clay menguras banyak tenaga Liston. Clay menjadi
juara tinju kelas berat dan sejak saat itu menyebutnya The Greatest.
Cassius Clay memeluk agama Islam dan bergabung dengan Nation of Islam
pada 1964. Ia mengganti nama menjadi Muhammad Ali, nama yang kemudian
lebih dikenal oleh dunia. Pertandingan revans dengan Liston berlangsung
setahun berikutnya dan kembali dimenangkan Ali dengan dramatis. Ia juga
sempat mengalahkan mantan juara Floyd Patterson serta lima kali
mempertahankan gelar hingga 1967.
Ali mendapat banyak kecaman ketika menolak ikut wajib hadir militer
dalam perang Vietnam. Dia menjadi salah satu tokoh antiperang dan
anti-wajib-militer yang paling terkenal di Amerika, namun popularitas
Ali sebagai petinju merosot karena pembangkangan itu. Dia bahkan dikenai
larangan bertanding di AS dan pada awal 1967 meletakkan juara dunia
kelas berat.
Pada akhir tahun 1970, Ali kembali ke atas ring untuk menghadapi juara dunia yang kini dipegang oleh Joe Frazier. Come-back
ali mendapat promosi luas. Ia dianggap sebagai lawan berat bagi
Fraizier. Namun Ali kalah dalam 15 ronde pertandingan yang disebut ”
Pertarungan Abad Ini “. Ali kembali berhadapan dengan Joe Frazier pada
Januari 1974 di Madison Square Garden, New York. Frazier saat itu telah
kehilangan gelar juara dunia setelah dikalahkan oleh George Foreman pada
1973. Ali berhasil mengalahkan Frazier dengan angka mutlak dan berhak
menghadapi Foreman.
Pertarungan Ali dan Foreman yang disebut ” Gemuruh di Rimba Raya ” (
Rumble in the Jungle ) itu berlangsung di Kinasha, Zaire ( kini kongo ).
Sedianya pertandingan akan berlangsung awal September 1974 tetapi
ditunda karena foreman terluka serius pada mata kirinya saat latihan.
Ali mengisi waktu dengan berlatih di Kinasha, menikmati sorotan media,
bergaul dengan orang-orang setempat, sembari menantang dan mengejek
Foreman dalam konferensi pers dan pertemuan-pertemuan. Walaupun Ali
demikian percaya diri, banyak yang menduga dia akan kalah melawan
Foreman yang berusia lebih muda.
Menjelang pertandingan Ali sesumbar bahwa dia akan mengalahkan
Foreman dengan gerakan kaki yang lincahdan kecepatan menari disekeliling
Foreman. Namun para pengamat terkejut dengan strategi Ali ketika
pertandingan itu dimulai. Penampilannya diatas ring benar-benar berbeda.
Sepanjang ronde-ronde awal, Ali bersandar di ring dan membuka diri
terhadap pukulan-pukulan Foreman. Pada saat Foreman mengalami kelelahan,
Ali menyerang balik dengan pukulan-pukulan keras yang tepat sasaran.
Foreman dipukul KO pada ronde kedelapan. Ali meraih juara dunia untuk
kedua kalinya.
Setelah mempertahankan gelar tiga kali, Ali menyatakan siap kembali
bertanding dengan Frazier di Manila, Filipina. Pertandingan pertama dan
kedua telah berlangsung sukses dan pertandingan ketiga sangat
dinanti-nanti. Dihadapan 28.000 penggemar tinju dan 700juta penonton TV,
Ali mengalahkan Frazier dalam pertandingan 15 ronde yang brutal dan
dijuluki ” Sensasi di Manila ” (Thriller in Manila ) , karena
pertarungan ini menyangkut dua petarung hebat dalam dunia olahraga.
Ali mempertahankan gelarnya enam kali antara 1976 dan 1978. Ia
kehilangan gelar pada 1978 setelah dikalahkan oleh Leon Spinks di Las
Vegas, Nevada. Namun pada tahun itu juga, Ali mengalahkan Spinks dalam
15 ronde pertarungan ulang. Ali pensiun pada 1979 tetapi mencoba come-back
lagi pada 1980 untuk menantang Larry Holmes. Ia kalah dari Holmes dan
masih satu kali lagi bertarung ( dan kalah ) dari Trevor Berbick pada
1981.
Ali tetap diingat sebagai salah satu atlet paling terkenal didunia.
Rekor tinju profesionalnya 56 kali menang ( 37 dengan KO ) dan 5 kali
kalah. Setelah pensiun Ali membaktikan dirinya untuk kegiatan amal dan
kemanusiaan serta berdakwah di seluruh dunia.
sumber – buku : 100 tokoh abad ke – 20 paling berpengaruh
0 comments:
Post a Comment